Sabtu, 24 Mei 2014
Jumat, 23 Mei 2014
Anak Balita Suka Pedas
16.00
No comments
Mam, apakah anak balita anda penyuka rasa pedas?
Saya ngiri banget sama anak teman yang nikmat banget makan soto pakai sambel, wahhh..serunya bisa menikmati sajian pedes bareng anak.
Tapi, baik ngga sih?
Sebagian ahli memang menyarankan agar anak tidak mengonsumsi dulu makanan pedas sebelum ia lebih besar. Alasannya, dikhawatirkan rangsangan oleh makanan pedas bisa mengiritasi saluran cerna, menimbulkan rasa mulas, bahkan bila tak tahan bisa menyebabkan sakit perut dan diare. Kebiasaan makan makanan pedas biasanya juga akan sulit dihentikan dan justru frekuensi maupun kadarnya terus bertambah seiring meningkatnya batas toleransi terhadap rasa pedas itu. Akibatnya, seseorang yang sudah terbiasa makan makanan pedas jadi tak terlalu berselera saat tidak ada yang pedas pada makanannya.
Meski sebagian ahli tak menyarankan, sebagian ahli lain ternyata tak melarang. Menurut mereka, anak yang sudah berusia di atas dua tahun boleh-boleh saja makan makanan yang sedikit pedas. Setelah berusia dua tahun, anak sudah mulai terbiasa dengan makanan yang lebih bervariasi. Sistem pencernaannya pun sudah lebih sempurna, sehingga perutnya sudah lebih tahan ketika ‘mengolah’ makanan pedas. Lagipula, cabai – si penyebab rasa pedas – punya banyak manfaat, lho! Selain menambah nafsu makan dan memperlancar aliran darah, cabai ternyata juga kaya vitamin C, sama seperti jeruk.
Menurut Susan Moores, pakar diet dari St. Paul, Minnesota, dalam sebuah tulisannya, sebetulnya mama sudah meningkatkan batas toleransi anak terhadap rasa pedas melalui ASI, bila ia sendiri juga penyuka rasa pedas. Jadi, bila perut si kecil memang cukup tahan, dan Anda sendiri tetap mengonsumsi makanan yang pedas-pedas saat menyusui, mungkin saja si kecil sudah familiar dengan rasa pedas. Akibatnya? Tak masalah ketika menikmati makanan pedasnya.
Tapi, tetap saja jangan memberinya makanan pedas sebelum usianya genap satu tahun lho, Ma. Saat itu, ia baru saja berkenalan dengan makanan padat. Jangan sampai ia ‘trauma’ karena rasa pedas yang dicicipinya.
(Parenting.co.id dengan tambahan)
Kafein : Benar nih menguruskan??
06.00
No comments
Tidak ada studi yang membuktikan bahwa turunnya berat badan karena minum kafein yang banyak itu benar-benar signifikan atau permanen. Juga, tidak ada bukti bahwa meningkatkan asupan kafein (saja) punya efek terhadap penurunan berat badan.
Benarkah kafein bisa menekan rasa lapar?
Benar! Cuma saja, efeknya dalam jangka pendek – tidak cukup lama untuk membuat penurunan berat badan yang signifikan. Lalu, benarkah kafein meningkatkan kemampuan tubuh Anda untuk membakar kalori? Mungkin saja sih, namun sekali lagi, tidak cukup untuk membuat bobot Anda menurun secara drastis. Kafein memang bersifat diuretik, yakni membuat Anda sering-sering buang air kecil. Kehilangan cairan ini memang bisa mengurangi bobot Anda (namun bukan lemak tubuh).
Catatan: Kafein adalah stimulan yang bisa meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, serta mengganggu tidur. Kebanyakan minuman berkafein tinggi kalori, sehingga ujung-ujungnya bobot Anda bisa melambung tinggi lagi.
Sumber: Parenting.co.id
Kamis, 22 Mei 2014
Anak Perempuan Lebih Cepat Pubertas
16.00
No comments
Sebuah penelitian di AS menunjukkan, anak-anak perempuan memasuki masa pubertas di usia lebih dini – bahkan beberapa di antaranya antara usia 7 - 9 tahun.
Ada beberapa faktor yang mendorong perubahan ini. Meski begitu, ada juga beberapa langkah yang bisa dilakukan agar anak perempuan Anda selalu sehat, kapanpun mereka memasuki masa pubertas.
1. Pastikan anak Anda melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk mendeteksi gangguan kesehatan sejak dini. Dalam beberapa kasus, jika masa pubertas anak perempuan terjadi lebih cepat, bisa jadi ini adalah tanda-tanda adanya penyakit atau kelainan hormonal. Ajak anak perempuan Anda menemui dokter secara rutin, sehingga perkembangan dan kesehatannya selalu termonitor dengan baik.
2. Bantu ia menjaga berat badannya dengan memberinya makanan bergizi dan membiasakan berolahraga secara rutin.
“Perubahan masa masuk pubertas bagi anak peremuan ini juga diakibatkan meningkatnya angka BMI (Body Mass Index) mereka,” ujar Frank Biro, M.D., Direktur dari Division of Adolescent Medicine di Cincinnati Children’s Hospital Medical Center. Lemak tubuh biasanya terkait dengan aktivitas hormonal yang meningkat.
3. Meminimalisir asupan bahan-bahan kimia yang bisa mempengaruhi hormon dan biasanya ditemukan dalam berbagai jenis plastik.
Penelitian lebih lanjut sudah banyak dilakukan mengenai pubertas dini. Dalam beberapa penelitian, para ahli yakin bahwa pengurangan penggunaan plastik yang kebanyakan mengandung phthalates di rumah bisa mencegah meningkatnya aktivitas hormon di usia dini.
Bagaimana dengan anak laki-laki? Sepertinya mereka tidak mengalami pergeseran usia memasuki masa pubertas. Biasanya pada usia 11 tahun ke atas.(parenting.co.id)
Jangan Terjebak Mitos Anak Bermasalah
06.00
No comments
Melihat Miko (5) tak mau belajar, egois, manja dan suka melawan, tentu bisa bikin sang Mama, Mira sering merasa kesal. Jika hal ini juga Anda alami, sebaiknya jangan langsung menghukum si kecil.
Menurut Ayah Edy, Parenting Consultant and Holistic Learning, anak bermasalah memiliki latar belakang tertentu yang bisa membuatnya lebih sulit diatur. "Selama 20 tahun terakhir telah terjadi perubahan pandangan sangat besar dalam memandang anak-anak bermasalah," katanya saat ditemui di diskusi 'Mendidik Anak Zaman sekarang Ternyata Mudah, Lho. Asalkan tahu caranya!' beberapa waktu lalu.
Apa saja perbedaannya, dan manakah mitos dan mana yang lebih dekat pada fakta?
1 MITOS: Setiap anak dilahirkan berbeda, sebagian besar dalam kondisi normal dan sebagian lagi mengalami kelainan, yang sering dikelompokkan ke dalam Learning Disability (kesulitan belajar), Attention Defisit Disorder (ADD), Attention Defisit Hiperactive Disorder (ADHD) dan Disleksia.
FAKTA: Setiap anak dilahirkan berbeda. Makanya memerlukan perlakuan dan cara pembelajaran berbeda sesuai keunikan yang dimilikinya. Tidak ada yang disebut kelainan pada anak, yang ada adalah perbedaan cara belajar dan sifat-sifat dasar anak.
2. MITOS: Kecerdasan meliputi kemampuan dalam membaca, menulis dan berhitung.
FAKTA: Kecerdasan bersifat tidak terbatas. Membaca, menulis dan berhitung hanyalah salah satu kecerdasan yang disebut berbahasa dan berlogika.
3. MITOS: Kecerdasan dapat diukur melalui tes kecerdasan atau tes IQ.
FAKTA: Kecerdasan tidak dapat diukur, melainkan dapat digali, diamati dan dikembangkan untuk mencapai tingkat maksimum.
4 MITOS: Kegagalan anak dalam proses belajar disebabkan karena faktor internal. Seperti, menderita kelainan LD, ADD atau ADHD.
FAKTA: Kegagalan anak dalam proses belajar bisa disebabkan faktor eksternal, berupa ketidakmampuan para pendidik dan orangtua memahami gaya belajar, sifat dasar anak serta teknik-teknik mendidik/mengajar yang sesuai sifat dasar anak. (parenting.co.id)
Rabu, 21 Mei 2014
Buah Lemon Dan Manfaatnya Untuk Kecantikan
16.00
No comments
Berikut adalah beberapa masalah kulit yang bisa diatasi dengan buah lemon:
- Jerawat
- Flek hitam dan pigmentasi
- Bekas Jerawat
Buah lemon juga dipercaya dapat menyamarkan bekas jerawat yang menghitam pada wajah. Cara menggunakannya, tempelkan irisan buah lemon ke area wajah Anda yang ada bekas jerawatnya, dan diamkan selama setidaknya 10 menit. Lakukan cara ini secara rvin setiap hari, sampai bekas jerawat pada wajah Anda sudah benar-benar hilang.
- Komedo
- Mencerahkan kulit yang kusam
- Mencerahkan warna kulit siku
- Mempercantik kuku
Cukup banyak bukan, manfaat dari buah lemon^^
Dari KiatCantik.com
Langganan:
Postingan (Atom)