Beberapa waktu lalu, Anna Surti Ariani, psikolog anak dan keluarga, menulis status di fb-nya, “Baru saja dapat telepon dari orang yang mengaku satpam sekolah, menyebutkan nama putriku dengan lengkap, katanya jatuh dan perdarahan…” Masih di hari yang sama, ia kembali menulis, “Untuk kedua kalinya hari ini ditelepon 'pihak sekolah' yang memberitahu bahwa putriku jatuh di sekolah, perdarahan, dan dibawa ke RS…”
Penipuan seperti ini cukup populer. Versinya macam-macam, tapi intinya sama: Salah satu anggota keluarga kecelakaan, dan perlu biaya perawatan RS. Korban diminta segera mentransfernya ke sebuah nomor rekening.
Untuk memperkuat informasi isapan jempol tersebut, yang ditelepon bukan hanya si ibu, tetapi juga si kakak. Si kakak yang menerima telepon dari ‘rumah sakit’, memberi informasi nomor telepon mamanya karena mengira kabar adiknya kecelakaan adalah benar. Ketika mama menerima telepon serupa dan mendapat konfirmasi dari si kakak, hal itu terlihat seperti benar-benar terjadi.
Saat menerima berita itu, Nina, panggilan akrabnya, tidak langsung panik. Ia menanggapinya dengan pikiran jernih. Cukup mudah, kok, mengecek kebenarannya, yaitu menelepon pihak sekolah. Ternyata ada juga, lho, yang tertipu dan mentransfer belasan bahkan puluhan juta rupiah ke rekening yang disebut si penelepon.
Selain menelepon pihak sekolah, konfirmasi kebenaran juga bisa diperoleh dari orang tua murid lain, satpam sekolah, atau rumah sakit yang disebutkan si pelepon. Anda menelepon ke nomor resmi rumah sakit dari 108 atau buku telepon. Jadi, tetaplah tenang dan ingatkan anak untuk tidak memberi nomor telepon pada siapapun.
0 komentar:
Posting Komentar