Jika baby blues pada mama cukup kentara seperti tampak pada perubahan emosi di wajah atau tumpahan tangis, maka para papa tidak demikian. Sekalipun mengalami tekanan emosi, papa enggan menunjukkannya. Take it like a man and just deal with it. Mereka memilih berdiam diri dan mencoba mengatasinya sendiri. Padahal, menekan emosi justru berpotensi meningkatkan stres.
Berikut beberapa gejala sindroma baby blues yang sering terjadi para papa:
• Sering merasa khawatir
• Merasa tidak berguna dan bersalah
• Sering dilanda sakit kepala
• Menjadi lebih sensitif
• Jam tidurnya jadi berkurang atau sebaliknya bertambah banyak
• Mudah tersulut emosinya
• Perubahan nafsu makan
• Konsentrasi menurun
• Kurang bergairah
• Dilanda kekhawatiran soal keuangan keluarga
• Bermasalah dalam melakukan pekerjaan rumah atau kantor
Pria yang mengalami baby blues terkadang menyamarkan kondisi emosinya yang kacau dengan menarik diri dari keluarga. Misalnya, tadinya jarang lembur, justru pascapersalinan rajin berdiam diri di kantor atau melakukan kegiatan lain yang memungkinkan ia bisa berlama-lama di luar rumah.
Beberapa papa pun ada yang melarikan dirinya kepada cara relaksasi yang salah, misalnya pada kebiasaan minum beralkohol atau hang out tanpa tujuan. Jika berlangsung lama dan tidak segera diatasi bisa menciptakan emosi dan perilaku tidak stabil yang bisa berpengaruh negatif pada hubungan bersama istri serta pada perkembangan anak-anak.
Karena itu, perlu perencanaan dalam memiliki anak. Perencanaan ini sangat penting yang untuk mencegah terjadinya baby blues, baik terhadap mama maupun papa. Perencanaan ini meliputi perencanaan finansial (misalnya biaya kelahiran, baju dan kamar bayi, pendidikan), persiapan supporting agent seperti baby sitter dan ART atau extended family yang akan membantu merawat anak, serta perencanaan model pengasuhan dan peran masing-masing dari papa dan mama.
Artikel: Parenting.co.id
Image:
0 komentar:
Posting Komentar