Minggu, 16 Maret 2014

Workaholic, Banyak Baiknya atau Buruknya?


Pada era modern ini, kaum perempuan sudah mendapatkan hak dan kedudukan yang sama dengan kaum pria, terutama sejak muncul banyak gerakan feminis baik di dalam maupun di luar Indonesia.
Kini, sama seperti kaum pria, para perempuan dapat menempuh jenjang pendidikan yang setara dengan kaum pria, serta dapat bekerja dan meniti karir. Malah, sekarang ini semakin banyak perempuan yang lebih berhasil dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada para pria disekitarnya.
Tentu, hal itu tak bisa langsung terjadi begitu saja. Perlu usaha keras untuk bisa mendapat pekerjaan dan posisi sampai setinggi itu. Ibarat kata sedang naik gunung, pastinya akan mengalami perjuangan keras melewati tanjakan terjal dan curam sebelum sampai di puncak dan menikmati keindahannya.
Tanpa disadari, Anda telah berubah menjadi pribadi workaholic atau pribadi yang gila kerja. Nah, sebenarnya, apakah workaholic itu merupakan suatu pribadi, sifat, dan sikap yang baik? Atau justru buruk?
Para penggila kerja atau workaholic memang identik dengan sifat dan sikap obsesif, bekerja secara berlebihan, tak punya cukup banyak waktu luang karena memilih untuk sibuk bekerja, terforsirnya tenaga dan pikiran di tempat kerja, dan masih banyak lagi hal-hal negatif yang sering kali dikaitkan dengan para workaholic.
Kerja terus, kapan seneng-senengnya? Kalimat tersebut mungkin bakal sering Anda dengar terceletuk dari mulut sahabat dan orang-orang terdekat Anda, jika Anda merupakan seorang workaholic yang ‘selalu bekerja dan bekerja’.
Bagi seorang perempuan, pribadi workaholic dapat menimbulkan banyak masalah, terutama dalam hal keluarga. Perempuan pada dasarnya memiliki kewajiban mengurus hal-hal rumah tangga.
Jika Anda sudah menikah dan memiliki anak, maka sudah jadi kewajiban Anda sebagai istri dan ibu untuk mengurus rumah, suami, dan anak-anak. Nah, jika sebagian besar waktu Anda saja sudah habis untuk bekerja, bagaimana bisa mengurus semua itu?
Apalagi Anda masih memiliki orang tua, saudara, dan sahabat yang ingin melewatkan waktu bersama dengan Anda. Sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial, Anda masih membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan orang lain.
Kehidupan seorang workaholic juga bisa dibilang tidak teratur, terutama masalaah waktu. Tak ada lagi waktu luang untuk bersantai, liburan, berolahraga, atau bahkan untuk sekedar mendapatkan tidur yang cukup dan makan dengan baik.
Namun, sebenarnya workaholic tidak melulu merupakan sifat yang negatif dan tidak disukai banyak orang di sekitarnya. Malah, pribadi yang seperti ini sangat disayangi dan sangat diperlukan oleh perusahaan-perusahaan, karena waktu kerjanya yang fleksibel dan sikap profesionalitas yang tinggi.
Di saat pekerja biasa berangkat ke dan pulang dari kantor tepat waktu setiap hari kerja, maka seorang workaholic bisa tinggal lebih lama di kantor untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Bahkan, seorang workaholic bisa merelakan waktu istirahat mereka di rumah atau di hari libur untuk tetap bekerja.
Hal positif lain dari pribadi workaholic adalah orang ini pastinya menyukai pekerjaannya, dan berusaha keras untuk mempertahankan atau bahkan untuk bisa menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Karena itulah, para penggila kerja bisa saja justru lebih terhindar dari stress karena pekerjaan dibanding dengan mereka yang tidak terlalu atau bahkan sama sekali tidak menyukai pekerjaannya.
Pribadi workaholic atau gila kerja bisa menjadi pribadi yang baik atau buruk, tergantung pada bagaimana Anda menghadapinya. Pikirkan bahwa jika tubuh dan pikiran Anda dalam keadaan lebih sehat dan lebih fresh, maka Anda bisa melakukan dan menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.
Maka dari itu, jangan berlebihan dalam menjadi pribadi workaholic, dan tetap jaga kesehatan fisik dan mental dengan membiasakan pola hidup sehat. (yap/perempuan.com)

0 komentar:

Posting Komentar