“Anak saya sudah bisa mengingat angka sampai 50, lho,” kata seorang ibu. “ Anak saya lebih hebat lagi. Dia sudah menguasai ratusan kosa kata bahasa inggris sejak usia 3tahun,” ibu lain menambahkan.
"Anak saya sudah hafal 3 juz Qur'an lho.."
.............dan lain-lain ..............
Perkataan tersebut membuat kuping Anda panas?
Tidak hanya remaja yang mengalami peer pressure, ibu juga! Malu rasanya bila terus-menerus mendengar perkataan ibu-ibu yang membanggakan anaknya yang sudah mampu melakukan ini-itu, sementara anak Anda belum mampu melakukannya dengan baik. Akibatnya, Anda memacu anak agar tidak kalah dengan anak lain dengan segala cara yang sering kali membebaninya.
Padahal, sebagai orangtua, Anda haruslah:
- Paham bahwa setiap anak itu unik. Merasa kecil hati anak tidak bisa menggambar dengan baik atau tak jago berhitung, Anda bisa melihat kemampuannya yang lain. Dia pasti punya satu kemampuan lebih daripada yang lain.
- Setiap orang memiliki kekurangan, termasuk Anda. Kekurangan itu dapat menjadi tantangan bagi Anda untuk mengasah bakat anak dan menemukan cara menguatkan sisi lemah balita.
- Kelak -ketika anak dewasa- pilihan tidak hanya seputar menjadi dokter, insinyur, atau manager di perusahaan berskala internasional. Balita bisa menjadi atlet, pelukis atau berwiraswasta serta terbaik di bidangnya. Yang penting anak bahagia menjalaninya. Yukm jauhi sifat pamer/riya.
0 komentar:
Posting Komentar