Sebagian besar orang tua pendengar yang
buruk bagi anak-anaknya. Benarkah? bila ada suatu masalah yang terjadi
pada anak, orang tua, ia merasa suka menyela langsung menasehati tanpa
mau bertanya permasalahannya serta asal-usul kejadiannya.
salah satu contoh, anak kita baru saja pulang sekolah mestinya siang ternyata baru pulang sore hari. Kita tidak mendapat keterangan apapun darinya atas keterlambatan tersebut. Tentu saja kita merasa kesal menuggu, sekaligus juga khawatir. Lalu pada saat anak kita sampai dan masih lelah, kita langsun menyambutnya dengan serentatan pertanyaandan omelan. Bahkan setiap kali anak hendak berbicara, kita selalu memotongnya. Akibatnya ia malah tidak mau bicara dan marah pada kita.
Pada saat seperti itu, yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak adalah ingin didengarkan terlebih dahulu dan ingin diprhatikan. Keterlambatannya ternyata disebabkan adanya tugas mendadak dari sekolah. Ketika anak tidak diberi kesempatan untuk berbicara, ia merasa tidak dihargai dan akhirnya dia juga berbalik untuk tidak mau mendengarkan kata-kata kita.
Tips
Jika kita tidak menghendaki hal ini terjadi, maka mulai saat ini jadilah pendengar yang baik. Perhatikan setiap ucapan ceritanya. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menunjukan ketertarikan kita akan persoalan yang dihadapinya. Dengan demi oleh kian, kita mengetahui prmasalahan secara utuh dan benar. ingatlah pesan yang disampaikan oleh Sang Pencipta melalui anggota tubuh kita, yaitu Tuhan memberi kita dua telinga dan satu mulut; yang tuhan menghendaki kita dua kali mendengarkan dan satu kali berbicara. Dan jangan dibalik. Berikan kepada anak waktu yang seluas-luasnya untuk mengungkapkan segalanya. Cukup dengarkan dahulu dengan meberi tanggapan antusias dan empati. Tahanlah untuk tidak berkomentar apapun sampai saatnya tiba.
Lalu, kapan saatnya kita berkomentar atau berbicara? Ketika anak mengatakan, "Menurut Papa/Mama bagaimana?" (bidanku.com)
salah satu contoh, anak kita baru saja pulang sekolah mestinya siang ternyata baru pulang sore hari. Kita tidak mendapat keterangan apapun darinya atas keterlambatan tersebut. Tentu saja kita merasa kesal menuggu, sekaligus juga khawatir. Lalu pada saat anak kita sampai dan masih lelah, kita langsun menyambutnya dengan serentatan pertanyaandan omelan. Bahkan setiap kali anak hendak berbicara, kita selalu memotongnya. Akibatnya ia malah tidak mau bicara dan marah pada kita.
Pada saat seperti itu, yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak adalah ingin didengarkan terlebih dahulu dan ingin diprhatikan. Keterlambatannya ternyata disebabkan adanya tugas mendadak dari sekolah. Ketika anak tidak diberi kesempatan untuk berbicara, ia merasa tidak dihargai dan akhirnya dia juga berbalik untuk tidak mau mendengarkan kata-kata kita.
Tips
Jika kita tidak menghendaki hal ini terjadi, maka mulai saat ini jadilah pendengar yang baik. Perhatikan setiap ucapan ceritanya. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menunjukan ketertarikan kita akan persoalan yang dihadapinya. Dengan demi oleh kian, kita mengetahui prmasalahan secara utuh dan benar. ingatlah pesan yang disampaikan oleh Sang Pencipta melalui anggota tubuh kita, yaitu Tuhan memberi kita dua telinga dan satu mulut; yang tuhan menghendaki kita dua kali mendengarkan dan satu kali berbicara. Dan jangan dibalik. Berikan kepada anak waktu yang seluas-luasnya untuk mengungkapkan segalanya. Cukup dengarkan dahulu dengan meberi tanggapan antusias dan empati. Tahanlah untuk tidak berkomentar apapun sampai saatnya tiba.
Lalu, kapan saatnya kita berkomentar atau berbicara? Ketika anak mengatakan, "Menurut Papa/Mama bagaimana?" (bidanku.com)
0 komentar:
Posting Komentar